Jumat, 20 Februari 2009

Interaksi harus dengan toleransi....

Bismillah...
Semoga yang kan tertuang bukan karena prasangka, yang kan tertulis bukan karena amarah, dan yang tergores bukan pula karena emosi semata....

Setiap hari adalah perubahan, setiap saat itu pula kita senantiasa menjalaninya, karena memang hakikatnya, bahwa waktu takkan pernah memberi toleransi. Dan dalam jalannya, tak selamanya terasa mudah, kadang bahagia, dan tak jarang, kita jumpai kecewa di dalamnya...
Masa depan adalah yang senantiasa kita tuju di setiap waktu, "impian" itulah sebagian kita menyebutnya.. Dan dalam meraihnya kita toh takkan pernah sendirian karena Yang Diatas dengan segala kesempurnaannya tlah membuat semuanya begitu luar biasa. Dia menciptakan amat banyak manusia di muka bumi ini. Berbagai karakter kita jumpai di setiap hari,.. butuh sebuah interaksi, dan tak cukup hanya sebuah interaksi, yang terpenting adalah toleransi. Toleransi yang tumbuh dalam kebebasan hati, bukan oleh tirani...

Setiap makhluk tercipta atas kuasaNya, dan beribadah padaNya adalah sesuatu yang mutlak, karena Dialah Sang Pemilik Segala Kehidupan ini. Semua tujuan kita, Dialah hakikatNya. Namun dalam menjalaninya, kita senantiasa berjalan bersama ciptaanNya. Terkadang dalam persamaan itulah kita harus bisa membawa diri kita, tiap kepala punya isi yang berbeda. Tiap manusia punya penilaian tersendiri terhadap hidupnya, itulah yang terkadang menimbulkan ketidaksepahaman. Dan bahkan terkadang timbul prasangka diantaranya...

Dan kitalah yang akhirnya memutuskan, akan menilai orang lain seperti apa, dengan prasangka baik atau burukkah. Kadang-kadang penilaian yang kita putuskan pun menyebabkan kekecewaan ditengahnya, namun kesabaran adalah kuncinya, meskipun nyatanya, saya sendiripun sangat jauh dalam mempraktekkannya... Karena toh, saya adalah manusia yang sangat biasa,.Namun ada satu yang sangat ingin saya buktikan.
Bahwa sesungguhnya, toleransi itu tak ada batasnya......

Senin, 09 Februari 2009

Jakarta-Bogor, "Sebuah Perjalanan"

Assalamu’alaykum Wr.Wb.

Alhamdulillah, hanya kepada Allah segala puji dihaturkan, Yang Maha Mengusai Segalanya. Yang Paling Mengetahui isi hati manusia..

Berbagai hal kita temui setiap hari, berbagai macam orang kita jumpai tiap hari, dan berbagai kejadian kita alami setiap hari. Semoga semuanya meninggalkan hikmah di hati kita. Membuat kita semakin dewasa dalam memaknai kehidupan. Kehidupan yang kita jalani denagan sendirinya, yang menyisakan kenangan setelahnya dan menimbulkan misteri sebelumnya.Belajar untuk menjadi seorang pembelajar, mungkin itulah yang sebagian orang ingin senantiasa melaksanakannya, karena pada dasarnya setiap hal adalah sebuah proses untuk menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya.

Dan di hari itu pula, hari dimana sebuah perjalanan biasa menjadi tidak biasa untuk saya, ya..di KRL Jakarta-Bogor telah saya lihat sebuah realita bahwa kita tak boleh berfikir bahwa kita sendirian. Di dalam perjalanan pertama saya dari Jakarta ke Bogor, 3 tahun yang lalu. KRL yang menjadi kendaraan favorit itu seperti biasanya, padat, namun tak perlu terlalu berdesakan. Ratusan orang di dalamnya, separuhnya berdiri, berpaut pada pegangan besi tua yang sebagian besar sudah berkarat. Dan disitulah saya, berdiri di dekat pintu kereta, sambil memperhatikan lalu lalang penjual asongan.

Dan ketika melewati daerah yang tampak monument nasional dari tempat itu, maka banyak saya lihat kios-kios yang sebenarnya lebih tepat kalau disebut deretan rumah kardus yang di depannya dipenuhi pedagang sayur, yang kebanyakan sudah mulai layu, maka saya ingat sebuah acara di stasiun TV swasta yang menyebut bahwa di tempat kumuh itulah sesungguhnya monument nasional kita, bukan menara tinggi pencakar langit itu. Dan ketika ada seorang tua yang tersenyum ketika melewatiku, sungguh tak pernah saya merasakan senyum seperti itu, senyum yang begitu dalam masuk ke hatiku. Dia adalah salah satu potret bahwa usia senja tak menjamin seseorang harus memulai kehidupan yang penuh kedamaian, bahkan ia harus membawa pikulan berat yang entah apa isinya menembus kepadatan kereta itu.

Ketika kereta mulai keluar dari Jakarta, kusempatkan melihat keluar jendela, subhanallah, sebagian hatiku seakan kembali ke rumahku. Hijau dan coklat, pohon dan tanah, pemandangan yang sangat menawan. Namun berbeda dengan di dalam kereta, telah saya jumpai puluhan peminta-minta. Berbagai kalangan usia telah saya jumpai, anak kecil dibawah 5 tahun, remaja, dan tentu saja banyak sekali yang kira-kira seusia saya.

Dan ketika kereta itu sampai di Bogor, ia masih menyisakan sebuah tanda yang tak hilang hingga kini…. Kebun  Raya Bogor, itulah tujuanku waktu itu. Subhanallah, pohon-pohon besar, beraneka macam tanaman yang ada disana memang tak pernah membosankan dimata saya. Dan ketika saya pandangi istana megah yang dikelilingi kolam ataukah danau penuh teratai itu, kembali ingatanku menyapa kereta itu. Yah, inilah realita negeri ini, istana dan peminta-minta.

Hari itu sungguh luar biasa, ada keyakinan yang tersisa hingga sekarang bahwa mereka adalah bagian dari kita. Bahwa mengingkari kodrat kita sebagai sesosok makhluk social adalah sebuah pengkhianatan kepada mereka. 

Minggu, 08 Februari 2009

Penalizt, sebuah awal untuk belajar...

Assalamu'alaykum....
Kata2 memang ajaib... Kata2lah yang terkadang mampu mengurangi beban berat dan penat di kepala.. Dan disini, aku akan mulai belajar, belajar bagaimana agar kata2itu tak sekedar singgah di kepala, tanpa makna....

Penalizt,....
Sebuah awal dari keinginan untuk belajar, belajar berbagi cerita, belajar melihat dunia....

Semoga awal yang ingin dimulai dengan indah, akan menjadi sesuatu yang indah pula nanti..
Bismillah.....