Sabtu, 04 September 2010

Gadis cantik itu bernama Nabila...

01.30 @Salahudin KPDJP

Orang-orang bergantian bertilawah, qiyamul lail, dan sejenak tertidur. Suasana khusyuk benar-benar memenuhi ruangan itu. Sejenak kuhentikan bacaanku, tawa riang seorang gadis kecil yang sangat ayu mengusikku...Dia merangkak, kadang berjalan beberapa langkah, tersenyum, dan berceloteh tak jelas, namun sangat lucu..Kuhampiri dia dan wanita cantik yang pasti adalah bundanya.

"Wah, kok jam segini belum tidur Mbak?"
"Iya, dia tidurnya nanti setelah subuh Mbak.."
"Eh, namanya siapa ini?, udah ada 1,5 tahun Mbak?"
"Namanya Nabila, baru 13 bulan Mbak."
Dan kami pun ngobrol sampai 1 jam lebih.

Namanya Nabila, cantik sekali,matanya bulat,bulu mata yang panjang lentik, pipi yang tembem, dan suka tersenyum serta tertawa,semakin cantik dgn jilbab lucu yg dikenakannya. Namun selain itu, aku sangat tertarik dengan wanita cantik yang telah melahirkannya.Dia wanita yang cerdas, sabar, ramah, dan sangat lembut. Yang memberiku pelajaran tentang kesabaran yang tak sekedar wacana di awang-awang, kesabaran yang sederhana yang kadang justru sering tdk kita temukan. Tiap malam gadis kecilnya itu tak tidur sebelum subuh,sementara suaminya seringkali pulang setelah larut malam karena pekerjaan di Direktoratnya yang mengharuskannya lembur hampir tiap hari. Subhanallah....
Cara dan cerita beliau memperlakukan putri cantiknya mengingatkan saya tentang kejadian beberapa waktu lalu d kantor saya, dimana seorang anak kecil yang sedang menangis merajuk justru dimarahi dan ia semakin menangis sejadi-jadinya.Saya tak bisa begitu saja menyalahkan sikap itu, karena lagi-lagi saya tidak tahu seperti apa kondisinya saat itu, namun sepertinya sikap yang palng bijak adalah yang ditunjukkan oleh wanita luar biasa ini..memandang sesuatu hal, kesulitan, dan bahkan kebahagiaan sekalipun sebagai ujian kesabaran...Subhanallah...

Thanks to Mbak Wulan yang telah bersedia sharing pikiran luar biasanya..Dan juga Nabila gadis kecil tercantik yang pernah saya lihat....

Kamis, 02 September 2010

Aku, Luka, dan Sang Waktu

Kugoreskan ujung pena,
Kucoba tuangkan segenap asa yang tlah mulai kehilarangan laranya
Yang mencoba berdiri, berjalan, bahkan berlari
Itu semua karenamu, Sang Waktu

Luka itu memang membiru, tapi tak sepilu dulu
Kehilangan itu hanya menyisakan bait-bait sendu yang ternyata menguatkanku
Lalu meyadarkan bahwa ketidakberartianku baginya hanya membuatku semakin ingin berjalan jauh bersamamu wahai Sang Waktu

Kau yang tlah menyembuhkan sakitku
Kau yang tlah mengeringkan lukaku
Kau yang tlah memberiku sejenak terpuruk, kemudian memberiku asa yang baru
Semua itu karenamu Sang Waktu

Lalu menyadarkanku betapa agungnya pemilikmu.